Tugas SIG Review Jurnal
PEMETAAN
PADANG LAMUN
DI
PERAIRAN TELUK TOLI-TOLI DAN PULAU SEKITARNYA,
SULAWESI
BARAT
INDARTO
HAPPY SUPRIYADI
Pusat
Penelitian Oseanografi – LIPI
TUTUPAN LAMUN DAN KONDISI EKOSISTEMNYA DI
KAWASAN PESISIR MADASANGER, JELENGA, DAN MALUK KABUPATEN SUMBAWA BARAT
Erny Poedjirahajoe1,2,
Ni Putu Diana Mahayani1,2, Boy Rahardjo Sidharta3, dan Muhamad Salamuddin4
1Pusat
Studi Agroekologi, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta
email: er_pjr@yahoo.com
2 Fakultas
Kehutanan, Universitas GadjahMada, Yogyakarta
3Fakultas
Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta
4Marine
Environment Office, PT Newmont Nusa Tenggara
Disusun Oleh:
Ahmad Marliyus
Widodo
Dosen : Yar Johan S.pi,
M.Si.
PROGRAM
STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2016
I .PENDAHULUAN
Penggunaan
teknologi Remote Sensing untuk studi pemetaan padang lamun, mangrove dan
karang mempunyai banyak kelebihan, jika
dibandingkan dengan cara konvensional menggunakan metode survey ’in situ’, yang
secara spasial hanya dapat mencakup wilayah sempit (HOCZKOVICH & ATKINSON).
Komunitas
lamun merupakan komponen kunci dalam ekosistem pesisir di seluruh dunia (HUTOMO
& PERISTIWADI 1990). Selain nilai secara hakiki tersebut, lamun sebagai
penyedia makanan, sebagai tempat berlindung beberapa jenis ikan dan krustase
komersial penting (GRAY et al. 1996). Namun keberadaan komunitas lamun
hampir di setiap pesisir bervariasi, hal ini diduga karena perbedaan
karakteristik lingkungan perairan pantainya. Penggunaan data citra satelit
untuk mendeteksi keberadaan lamun di masa lalu dan saat ini, pada jenis lamun
yang berbeda dapat di interpretasi dengan menggunakan data citra satelit
melalui kenampakan dari perbedaan warna (tone) dan tekstur substrat
(LARKUM & WEST 1990). Pemetaan ekosistem perairan dangkal dengan
menggunakan penginderaan jarak jauh (Remote Sensing) dapat memberikan
manfaat yang besar dalam rencana
pengelolaan ekosistem pantai. Kombinasi
antara Sistem Informasi Geografi (SIG) dan metode skoring (pembobotan) dari
komponen ekosistem lamun seperti jumlah jenis, persentase tutupan lamun dan
biota asosiasinya akan sangat bermanfaat di dalam memetakan kesehatan ekosistem
lamun, sumberdaya hayati laut dan rencana dalam pengelolaan wilayah pesisir dan
laut secara terpadu.
Perairan Teluk Toli-Toli dan sekitarnya
yang mempunyai potensi ekosistem perairan dangkal yang tinggi diantaranya
padang lamun. Namun informasi secara spasial sebaran padang lamun masih belum
cukup tersedia. Oleh karena itu, penelitian pendahuluan pemetaan padang lamun
di Teluk Toli-Toli menjadi penting segera untuk dilakukan.
Dari jurnal bisa di ketahui sangat
penting memetakan padang lamun yang ada di Teluk Toli-Toli dan di sekitarnya
untuk memberi informasi tutupan lamun tersebut.
II. METODE
2.1 Lokasi dan Waktu
Sesuai informasi jurnal Kegiatan
pemetaan ekosistem padang lamun telah dilakukan di perairan Teluk Toli-Toli dan
pulau kecil sekitarnya (Pulau Kabetan), Sulawesi Barat pada bulan Mei 2009.
Penelitian ini merupakan kerjasama antara Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(DIKTI) dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam ‘Ekspedisi
Biodiversitas Selat Makasar”. Lokasi kegiatan pemetaan ekosistem padang lamun
dimulai dari Tanjung Kekoh sampai pesisir selatan Teluk Toli-Toli, sisi Timur
Pulau Latungan dan perairan dangkal Pulau Kabetan.
2.2 Prosedur dan Analisis
Dengan jumlah stasiun pengamatan lamun
dirancang sebanyak 21 stasiun, yang tersebar merata di seluruh rataan terumbu
di peraian dangkal Teluk Toli-Toli, Pulau Latungan dan Pulau Kabetan. penentuan
stasiun purpose sampling. Identifikasi jumlah jenis, jenis dominan, tutupan
lamun, substrat dasar dan biota asosiasinya (algae) dilakukan dengan
menggunakan frame ukuran 0,5 x 0,5 meter dan snorkling pada area 15
meter x 15 meter sesuai resolusi spasial dari data citra satelit ASTER yang
digunakan.
Data citra satelit yang digunakan dalam
penelitian pemetaan lamun dan interpretasi lamun di Teluk Toli-Toli yaitu ASTER
(Advanced Spaceborne Thermal Emission and reflection Radiometer)
hasil rekaman tahun 2004 dengan resolusi spasial 15 meter, sedangkan di
perairan sekitar Pulau Kabetan menggunakan data citra satelit LANDSAT (Land
Satellite) rekaman tahun 2000 resolusi spasial 30 meter. Hasil interpretasi
selanjutnya digunakan untuk memetakan ekosistem lamun (McKENZIE et al.
2001).Untuk keperluan analisis obyek dasar perairan seperti lamun pada rataan
terumbu diguakan kanal band 1, band 2 dan band 3. Pengolahan data dilakukan
dengan bantuan perangkat lunak ArcGIS dan ENVI 4.3 yang ada di Laboratorium Remote
Sensing, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Interpretasi citra dengan
melakukan digitasi garis pantai, aliran sungai, pasir, rataan terumbu dan
lamun. Analisis tumpang susun (overlay) untuk mendapatkan peta tematik
baru dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG).
Dalam
analisis bisa di ketahui sangat bagus untuk memtakan kondisi padang lamun di daerah
tersebut. dan selanjutnya hasil analisis di beri nilai dengan Teknik skoring
yaitu dengan memberikan nilai/bobot tertentu pada komponen ekosistem lamun
seperti jumlah jenis, persentase tutupan dan jumlah jenis algae dengan skor
7, 5, 3 dan 1. Skor ini mencerminkan nilai setiap komponen ekosistem
lamun. Total skor kemudian diklasifikasikan menjadi empat peringkat
yaitu kondisi lamun ‘sangat baik’, ‘baik’, ‘sedang’ dan ’jelek’. Secara
rinci tabel skoring dan klasifikasi peringkat kesehatan lamun disajikan
pada Tabel di bawah ini.
III.
HASIL DAN PEMBAHASN
3.1
Topografi wilayah pesisir Teluk Toli-Toli
Pertama
di bahas dulu mengenai bentuk topografi yaitu dataran rendah lainnya yang luas
terdapat di wilayah utara Tanjung Dede sampai Tanjung Keko dan di bagian
selatan pesisir Teluk Toli-Toli (Gambar 1).
Jika di kaji peta di atas mempunyai kekukrangan
hanya pada pewarnaan yang kurang memberi informasi secara jelas dan detail
seperti wilayah laut dan daratan warnanya sama putih.
3.2 Sebaran Lamun Teluk Toli-Toli
Gambar
2. Sebaran padang lamun di perairan Teluk Toli-Toli, Mei 2009.
Gambar
3. Sebaran persentase tutupan lamun di perairan Teluk Toli-Toli,
Mei 2009.
Sebaran lamun yang berada di Teluk
Toli-Toli cukup berbeda dengan sebaran lamun di sebelah utara perairan Tanjung
Dede. Hal menarik dari sebaran lamun di perairan Teluk Toli-Toli yaitu
rata-rata persentase tutupan lamun 68,6 % lebih tinggi bila dibandingkan dengan
lokasi di perairan Tanjung Kekoh sampai Tanjung Dede dan Pulau Kabetan yang
masing-masing yaitu 46,4 % dan 67,1 % serta tertinggi jika dibandingkan dengan
14 lokasi penelitian lainnya (Tabel 3). Kondisi pertumbuhan lamun di Teluk
Toli-Toli berada pada lingkungan perairan dengan kedalaman 1,2 meter sampai 2,2
meter.
Sebaran jumlah jenis lamun di setiap
stasiun di peraian Teluk Toli-Toli umumnya sekitar tiga-empat jenis, sedangkan
jumlah antara enam-tujuh jenis berada di sisi selatan Teluk Toil-Toli. Relatif
sedikitnya keragaman jenis lamun di perairan Teluk Toli-Toli dan tidak
ditemukannya salah satu jenis Syringodium isoetifolium, secara ekologis
dapat diduga karena kondisi lingkungan perairan yang keruh dan banyaknya
aktifitas masyarakat di sekitar pelabuhan Teluk Toli-Toli. Menurut ENGEMEN et
al. (2008) tingginya lalu lalang perahu dapat berdampak negatif terhadap
keberadaan padang lamun, sedangkan BARBER et al. (1985) dampak perubahan
suhu di suatu perairan dapat berpengaruh terhadap produktifitas Thalassia
testudium dan Syringodium filiforme.
Gambar 4. Sebaran padang lamun di Pulau Kabitan, Mei
2009.
Pulau Kabita mempunyai morfologi
perairan pantai landai sampai terjal dan berbatasan dengan perairan dalam.
Pulau Kabitan merupakan salah satu lokasi yang kurang mendapatkan tekanan dari
aktifitas masyarakat dan pembangunan, sehingga keberadaan padang lamun di Pulau
Kabitan relatif labih baik dibandingkan dengan perairan Teluk Toli-Toli.
Menurut NAKAMURA (2009) dan HOSSAIN (2005) penyebab kerusakan dan hilangnya
padang lamun hampir di seluruh dunia terutama disebabkan oleh dampak aktifitas
manusia (Anthropogenic impact) yaitu meningkatnya jumlah penduduk
di pesisir pantai.
Gambar 5. Kondisi padang lamun di
perairan Teluk Toli-Toli, Mei 2009.
Hasil analisis pembobotan diketahui
bahwa seluruh wilayah perairan Teluk Toli-Toli, Tanjung Kekoh sampai Tanjung
Dede dan perairan Pulau Kabetan, umumnya memiliki kondisi lamun yang dapat
dikatagorikan ‘jelek’ (9,5 %), ‘sedang’ (61,9 %) dan ‘bagus’ (28,6 %). Kategori
bagus dengan pengertian bahwa keanekaragaman jenis, persentase tutupan dan
keanekaragaman algae relatif masih tinggi. Kondisi lamun bagus dapat ditemukan
di lokasi sekitar Tanjung Keko, Tanjung Dede dan sisi selatan bagian dalam
Teluk Toli-Toli. Pada umumnya kondisi lamun di seluruh lokasi dapat
dikatagorikan kedalam kondisi lamun sedang (Gambar 5). Peta kondisi lamun di
perairan Teluk Toli-Toli dan pulau kecil sekitarnya dapat digunakan sebagai
dokumen status dan pengujian terhadap perubahan padang lamun dalam jangka
panjang terutama perubahan luas, keragaman dan sebaran jenisnya.
pada pembahasan sudah
jelas dalam membahas sebaran tutupan lamun yang ada di telukToli-Toli dan
sekitanya akan tetapi setelah di bandingkan dengan peta pembanding jurnal yang
lain masih ada yang kurang seperti di bawah ini. (Poedjirahajoe dkk, 2013).
Jika dibanding gambar peta di atas
jurnal pertama masih kurang lengkap seperti insert peta yang belum ada
sedangkan yang jurnal ke dua ada insert peta dan pewarnaan yang beda-beda lebih
memudahkan pembaca. sedangkan di peta jurnal pertama pewarnaannya kurang.
Pembcaan legendapun masih mudah jurnal yang ke dua di banding jurnal pertama
yaitu di mana wilayah darat dan laut.
IV KESIMPULAN
Setelah
di pahami pada jurnal pertama gambar peta masih kurang mudah di pahami pembaca
di banding jurnal ke dua akan tetapi pembahasannya lengkap seperti dapat di
simpulkan Keanekaragaman jenis lamun relatif tinggi (8 jenis) ditemukan di
perairan Tanjung Keko sampai Tanjung Dede dan Pulau Kabetan, sedangkan di Teluk
Toli-Toli hanya teridentifkasi (7 jenis). Persentase tutupan lamun relatif
tinggi (68,6 %) dijumpai di perairan Teluk Toli-Toli dan Pulau Kabitan,
sedangkan terendah (46,4 %) di Tanjung Keko sampai Tanjung Dede. Kondisi lamun di
seluruh perairan Teluk Toli-Toli dan pulau kecil sekitarnya pada umumnya
tergolong sedang. Di sekitar Tanjung Keko, Tanjung Dede dan perairan di sisi
selatan bagian dalam Teluk Toli-Toli kondisinya relatif bagus.
masih
ada beberapa kekurangan kelengkapan pada peta pertama anatara lain pewarnaan,
legenda. pewarnaan yang hanya banyak polos putih membuat bingung pembaca di
mana laut dan daratannya.
DAFTAR PUSTAKA
BARBER,
B.J and P.J. BEHRENS 1985. Effects of elevation temperature on seasonal in situ
leaf productivity of Thalassia testudium Banks ex Konigand Syringodium
filiforme Kutzing. Aquatic Botany 22: 61-69.
GRAY,
C.A., D.J. McELLIGOTT and R.C. CHICK 1996. Intra and inter estuary differences
in a assemblages of fishes associated with shallow seagrass and bare sand. Marine
Freshwater Res. 47: 723-735
HOCZKOVICH,
J.J. and M.J. ATKINSON 2003. Capabilities of remote sense sensors to classify
coral, algae and sand as pure and mixed spectra. Remote Sensing of
Enviroment 85(2): 174-189.
KURIANDEWA,
T. E., W. KISWARA, M. HUTOMO and S. SOEMARDIHARDJO 2004. The seagrass of
Indonesia. In: E. P. GREEN and F. T. SHORT (eds.).World Atlas of
Seagrass. University of California Press: 171-182.
LARKUM,
A.W.D. and R.J.WEST 1990. Long-term changes of seagrass meadows in Botany Bay,
Australia. Aquatic Botany 37: 55-70.






