Monday, 30 November 2015

DISIARKAN RRI pada tanggal 3 Oktober 1965 pukul 1.33 dinihari dan dimuat di harian Berita Yudha tanggal 4 October.
Dalam pidato pertama kepada publik ini, Bung Karno menyatakan bahwa dirinya dalam keadaan selamat dan tetap memegang pucuk pimpinan negara.
Tanggal 2 Oktober Bung Karno mengumpulkan semua pemimpin Angkatan Bersenjata dan Waperdam II Dr. Leimena. Bung Karno telah menetapkan Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudro sebagai pengganti Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani. Sementara Mayor Jendera Suharto diberi tugas memulihkan keamanan dan ketertiban pasca G30S.
Pidato pertama Bung Karno pasca G30S ini diperoleh dari Cornell University.
Brothers, repeating my order as Supreme Commander of the Armed Forces/Great Leader of the Revolution which was announced on October 1, 1965, and to eliminate all uncertainty among the people, herewith I once again declare that I am safe and well and continue to hold the top leadership of the state and the top [leadership] of the government and the Indonesian Revolution.
Today, October 2, 1965, I summoned all Commanders of the Armed Forces, together with Second Deputy Prime Minister, Dr. Leimena, and other important official quickly settling the problem of the so September 30 Affair. To be able to settle this problem I have ordered the prompt creation of a calm and orderly atmosphere and for this purpose it is necessary to prevent any possibility of armed conflict.
In the present stage of the determined struggle of the Indonesian people, I command the entire population continuously to increase vigilance and preparedness in the framework of intensifying the implementation of Dwikora.
I appeal to all the Indonesian people to continue to remain calm and to all ministers and other officials continuously to carry out their respective duties as before.
At present the leadership of the Army is directly in my hands, and to discharge the day-to-day tasks within the Army, I have appointed temporarily Major General Pranoto Reksosamudro, Third Assistant to the Minister/Commander of the Army.
To carry out the restoration of security and order in connection with the September 30th Affair, I have appointed Major General Suharto, Commander of KOSTRAD, in accordance with the policy I have already outlined. Brothers, let us persist in nurturing the spirit of national unity and harmony. Let us steadfastly kindle the anti-Nekolim spirit. God be with us all.

Thursday, 12 November 2015



ΓΌ  Peta Tematik
Peta Tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya.
Data Tematik Sumber Daya Alam Darat
 


Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik menyediakan layanan Katalog Data Tematik Sumber Daya Alam Darat.
ΓΌ 

  •      Peta Laut dan Penerbitan Navigasi
           Navigasi Peta laut

Menurut (Alam Ikan 1), yang utama dan yang yang perlu dipahami oleh para navigator adalah mengenal peta laut (Navigational Charts) dan penerbitan navigasi (Navigation Publication). Peta adalah gambaran permukaan bimi yang diproyeksikan pada suatu bidang datar, sedangkan yang termasuk peta laut adalah semua jenis peta yang digunakan untuk keperluan navigasi di lautan. 
 
 

Peta laut menggambarkan keadaan rinci tentang wilayah laut yang aman dilayari kapal-kapal, dengan tanda-tanda kedalan air, adanya bahaya-bahaya navigasi baik yang kelihatan (di atas permukaan air) maupun yang terdapat di bawah permukaan air, serta benda-benda petunjuk untuk bernavigasi. Istilah peta pelayaran biasanya diterpakan pada peta-peta laut yang langsung digunakn untuk pelayaran, misalnya untuk menarik garis-garis haluan dari suatu tempat ke tempat lain, dan menentukan posisi kapal setiap saat pada waktu kapal berlayar (Alam Ikan 1).
Pada peta laut, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Skala peta;
2. Jenis proyeksi peta;
3. Patokan kedalaman laut yang dipakai;
4. Patokan ketinggian benda-benda daratan;
5. Satuan yang digunakan; dan
6. Adanya benda-benda pembantu navigasi seperti: suar,pelampung, dan lain-lain.

Menurut (Alam Ikan 2), dalam pembuatan peta laut digunakan metode proyeksi sebagai berikut:
1. Proyeksi mercator
  • Pada proyeksi ini, permukaan bola bumi digambarkan pada sebuah silinder. Pada proyeksi mercator normal silinder ini menyinggung globe pada equator. Pola satuan dari derajah dan paralel, pola jaring dari peta sebagai berikut:
  • derajah-derajah tergambar di peta sebagai garis-garis lurus yang sejajar pada jarak satu sama lain yang sama.
  • paralel-paralel tergambar di peta ebagai garis-garis sejajar, tegak lurus pada derajah-derajah, pada jarak satu sama lain yang tidak sama.

2. Proyeksi gnomonis
  • Di suatu tempat dari wilayah yang akan digambarkan, diletakkan datar singgung pada bola. dari titik tengah bola, wilayah yang dikehendaki diproyeksikan pada daar singgung ini. Keistimewaan dari proyeksi ini bahwa setiap lingkaran besar tergambar sebagai garis lurus.
3. Proyeksi stereografis
  • Pada proyeksi ini, di tengah dari wilayah yang akan dipetakan, diletakkan sebuah datar singgung. Dari titik lawan titik singgung, permukaan bumi diproyeksikan pada datar singgung atau datar potong.
Menurut (Alam Ikan 2), persyaratan yang harus dipenuhu dalam pembuatan peta laut adalah:
1. Garis haluan, loxodorm harus berupa garis lurus.
2. Peta harus konform atau sama sudut.
3. Perubahan skala kecil. 

Suatu skala dapat dinyatakan dengan skala angka dan pecahan serta skala dengan kalimat. Selain itu skala juga dapat dinyatakan dengan cara:
1. “Natural scale“ (skala umum)
  • Contohnya 1:80.000, berarti satu satuan panjang di peta sama dengan 80.000 kali dalam keadaan sesungguhnya.

2. “Numerical scale“ (skala angka) 
  • Contohnya 1 cm =  10 km, berarti  1 cm di peta sama dengan 10 km pada keadaan sebenarnya.

3. “Graphical scale“  (skala grafik)
  • Contohnya, di peta tergambar sebuah garis dengan  penunjuk mil, yard, km atau meter (Alam Ikan 1). 
Menurut (Alam Ikan 2), pembagian peta menutut skala ada 4, yaitu:
  1. Peta penyeberangan adalah peta dengan skala yang sangat kecil yang menggambarkan bagian besar dari bumi. 
  2. Peta haluan adalah peta yang digunakan untuk bernavigasi pada jarak yang jauh dari pantai. 
  3. Peta pantai adalah peta yang digunakan untuk bernavigasi mendekati pantai dan merlayar menyusur pantai. 
  4. Peta detail dan rencana adalah peta yang digunakan untuk bernavigasi di jalur pelayaran sempit dan berlayar mendekati pelabuhan, tempat labuh dan lain sebagainya.
Pada peta-peta laut diterbitkan oleh Dinas Hidrografi dan Oceanografi Angkatan Laut (HIDROS), yang mencakup wilayah Indonesia dimana selisih lintangnya relative kecil dan di dekat Khatulistiwa (pertumbuhan lintang sangat kecil atau relatif tidak bertumbuh) pada umumnya menggunakan proyeksi Mercator. Sehingga peta-peta Indonesia atau peta-peta dari daerha dekat Khatuliswa sering disebut dengan “Peta Lintang Menengah” sedangkan peta-peta pada daerah lintang tinggi adalah “Peta Lintang Menumbuh” (Alam Ikan 1).

Peta Mercator adalah proyeksi silinder dengan ketelitian yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, peta dengan proyeksi Mercator ini banyak digunakan sebagai peta pelayaran, terutama pelayaran jarak dekat dan menyusur pantai.pada daerah-daerah yang sulit dipetakan dengan menggunakan Proyeksi Mercator ini tetapi proyeksi Mercator masih dikehendaki (karena kegunaan peta tersebut), msks digunakan jenis proyeksi yang disebut dengan Universal Traverse Mercator (UTM), yaitu menrupakan pengembangan teknik yang didasarkan pada proyeksi Mercator, dengan ketelitian lebih tinggi. Untuk mengukur jarak antara dua tempat pada Peta Mercator, harus menggunakan skala lintang (Alam Ikan 1).

Skala peta merupakan perbandingan satu satuan panjang di peta dengan panjang yang sebenarnya / sesungguhnya. Skala peta adalah salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dalam menilai sebuah peta yang akan digunakan, karena ketelitian sebuah peta tergantung dari:
1. Survey yang dilakukan untuk membuat peta;
2. Koreksi besar dan koreksi kecil setelah peta digunalkan;
3. Skala peta
4. Peralatan yang digunakan dalam survey dan pembuatan peta; dan
5. Keterangan-keterangan, singkatan-singkatan dan simbol-simbol yang digunakan.
Penerbitan navigasi
Dengan peta saja, seorang navigator belum tentu dapat membawa kapalnya ke tempat tujuan dengan aman. Kalaupun mungkin dapat, ia akan mengalami banyak kesulitan, menghadapi masa-masa yang sulit selama pelayaran. Untuk dapat berlayar dengan terang maka diperlukan penerbitan navigasi untuk mendampingi peta-peta laut yang digunakan. Penerbitan navigasi dapat berupa: buku, table, bulletin atau bulletin lembaran yang digunakan untuk melengkapi keterangan, menjelaskan atau mengoreksi keterangan yang terdapat pada peta laut, khususnya peta pelayaran (Alam Ikan 1).

Penerbitan navigasi di bawah ini serig digunakan oleh para navigator antara lain:
1. Almanak Nautika (Nautical Almanac)
2. Buku Kepanduan Bahari (Pilot Book)
3. Berita Pelaut Indonesia (Notice to Mariners)
4. Petunjuk berlayar melintas samudera (Ocean Passage for the world)
5. Peringatan Navigasi (Navigational Warning)
6. Katalog Peta (Chatalog of Charts)
7. Daftar Suar (List of Light)
8. Daftar Rambu Radio (List of Radio Signals)
9. Daftar Pasang Surut dan Daftar Arus Pasang Surut (Tide Tables)
10. Daftar Ilmu Pelayaran (Haversines Tables)

Selain penerbitan navigasi sebagaimana dijelaskan di atas masih ada beberapa penerbitan navigasi lainnya. Selain itu, kapal-kapal juga diwajibkan memiliki buku-buku dan konvensi-konvensi terbitan IMO seperyi SOLAS 1974, STCW 1978, International Code of Signals, ISGOTT (untuk kapal tanker).

Dalam melengkapi penerbitan navigasi, suatu kapal harus memperhatikan dari penerbit mana peta laut yang digunakan. Sebagai contoh, apabila suatu kapal menggunakan peta-peta Indonesia terbitan HIDROS, maka buku-buku penerbitan navigasinya harus juga terbitan HIDROS.

.